Resensi Novel Ai (Cinta Tak Pernah Lelah Menanti)

Judul : Ai (Cinta Tak Pernah Lelah Menanti)

Penulis : Winna Efendi
Tebal halaman : 282 halaman
Penerbit : Gagas Media







Kelebihan:


Novel ini dapat dibaca oleh semua kalangan. Pembaca tidak akan bosan membaca kehidupan para remaja yang menjalankan hubungan persahabatan yang kemudian menjadi kekasih dan menikah. Dalam novel ini selain belajar tentang budaya Jepang, kita juga dapat mengetahui berbagai tempat di Tokyo.


Kelemahan:


Ceritanya terlalu berbelit-belit dan terkadang menjengkelkan karena terlalu banyak lika-liku dalam cerita.

Unsur Intrinsik:

(a) Judul : Ai (Cinta Tak Pernah Lelah Menanti)
(b) Tema : Persahabatan dan Percintaan
(c) Tokoh :
  1. Sei Matsumoto
  2. Ai
  3. Shinichi Matsuoka
  4. Bapak Shin
  5. Ibu Shin
  6. Bapak Ai
  7. Risa
  8. Kenta Fukuda
  9. Chiharu
  10. Natsu Miyagi

(d) Setting :
Waktu :
Pagi   : Ketika orang-orang mampir di pemandian air panas Nakaji.
Sore   : Orang-orang berbondong-bondong pergi ke pemandian umum untuk membersihkan diri. Dan juga menikmati makan sore di restoran Matsumoto.
Malam  : Melayani tamu-tamu yang datang di restoran untuk makan malam.
Musim panas : Festival musim panas di mana mereka semua berkumpul menyaksikan beberapa tarian tradisional, makanan tradisional Jepang.
Tempat :
Di pedalaman kecil sudut negeri Jepang
Sento Tradisional (pemandian umum) : Tempat tinggal Ai dan Sei
Universitas Todai, Tokyo : Tempat Sei, Ai, dan Shin kuliah setelah lulus sekolah di desa
Tokyo Tower : Tempat di mana Shin melamar Ai
Taman Ueno : Tempat Ai, Shin, Sei, dan Natsu melihat Hanami (gugurnya bunga sakura)
Suasana :
Gembira : Saat mengetahui bahwa mereka bertiga lulus dengan nilai sempurna dan diterima di universitas Todai, Tokyo.
Bahagia : Sei tidak bisa menghentikan seulas senyum senang diwajahnya melihat mata Ai berkaca-kaca tertawa tak habis-habisnya sambil berkejaran dengan untaian seribu layang-layang yang menaungi langit musim panas
Menyedihkan : Sei merasa sedikit sesak, mungkin sedikit kecewa karena Ai memilih Shin kali ini bukan dia yang sudah belasan tahun menjadi sahabatnya.
Menegangkan : Shin dengan ragu-ragu bertanya kepada Sei bahwa dia mencintai Ai dan dia takut kalau Sei juga mencintainya.

e) Penokohan :
 -     Ai : Rajin,ceroboh, ceria, hiperaktif, egois, dan manja
  • Langsung, (Lagi-lagi aku memandangnya, sedikit kagum dengan keberaniannya. Ai yang ceria dalam raut wajahnya setiap kali berbicara dengan orang.)
  • Langsung, (Ai yang ceroboh, Ai yang kadang menangis jika terjatuh, Ai yang selalu lupa mengerjakan pekerjaan rumahnya.)
  • Langsung, (Dia selalu hiperaktif, tidak bisa diam dan tidak bisa mencurahkan perhatian total pada sesuatu.)
  • Langsung, (Shin tidak pernah mengeluh dengan sifat Ai yang terkadang egois.)
 -   Sei Matsumoto : Baik hati,pengertian, keras kepala, sabar, rajin,tertutup dan setia kawan
  • Langsung, (Aku membenci segala sesuatu yang membuatnya sedih, ingin selamanya melihat senyum di wajah Ai. Menjaganya hingga tidak ada seorang pun yang bisa menyakitinya.)
  • Langsung, (Ai mendesah lagi , ”kau keras kepala sekali, Sei!”)
  • Langsung, (Dengan sabar, aku dan Shin membimbing Ai mempelajari beberapa pelajaran agar dia bisa lulus dengan nilai sempurna.)
 -    Shinichi Matsuoka : Pengertian, baik hati, sabar, dan mengerti teknologi
  • Langsung ,(Shin punya game-game canggih, mengerti internet, kamera digital, dan robot anjing yang bisa berbicara. Namun, Shin teman yang baik karena dengan sabar dia menjelaskan benda-benda itu pada kami dan dia mau mengajariku menggunakan komputer.)
  • Langsung, (Dalam waktu yang singkat bisa memahami sifat Ai dengan begitu mudah.)
 -   Ayah Sei : Berwibawa, kaku, tegas, pemarah, dan benci dinasehati
  • Langsung, (Ayahku orangnya sangat berwibawa, kaku, tegas dan benci dinasehati atau dibantah.)
  • Langsung, (Ibu menghela nafas setiap kali ayah sibuk memarahi para pekerja karena kesalahan-kesalahan kecil di restoran.)
 -   Ibu Sei : lemah lembut dan pendiam
  • Langsung, (Ibuku adalah seorang perempuan yang lunak dan lemah lembut dan selalu diam tanpa komentar setiap kali ada masalah dengan ayah.)
(f) Alur :
Alur maju karena diawali dengan perkenalan kemudian klimaks dan diakhiri dengan penyelesaian masalah.

(g) Gaya bahasa      :
Menggunakan majas personfikasi, majas asosiasi(perumpamaan), majas hiperbola
Kalimat itu muncul begitu saja dikepalaku berulang-ulang seperti rekaman rusak.
Keheningan diantara kami semakin mencekik, sehingga bunyi jarum jam yang merangkak lambat terdengar begitu keras.
Rumah berlantai dua  yang tak terlalu luas itu tampak letih.

(h) Sudut Pandang :
Orang pertama karena menggunakan kata “aku”

(i) Amanat :
Jagalah persahabatan kita jangan sampai ada konflik, dan jalani persahabatan kita dengan penuh cinta.
Jangan pernah menyia-nyiakan orang yang menyayangi kita karena suatu hari nanti dia akan pergi meninggalkan kita tanpa sepengetahuan kita.

Nilai Ekstrinsik:
  • Nilai budaya : kebudayaan jepang, mempercayai bahwa jiwa orang yang sudah meninggal akan kembali ke dunia ini melalui reinkarnasi.
  • Nilai pendidikan: Bersekolah di sekolah menengah  di desa kemudian mereka melanjutkan sekolah di Tokyo karena fasilitas lebih memadai.
  • Nilai moral : Ai yang tidak teguh pendirian hanya bisa mengikuti Sei dan Shin ke mana akan pergi dan berkuliah.
  • Nilai agama : Berkunjung ke kuil untuk berdoa
  • Nilai ekonomi: Berasal dari keluarga yang berkecukupan karena memiliki usaha keluarga yaitu restoran dan pemandian umum.

Komentar

Postingan Populer